Peradaban Tua Kerinci
Kerinci merupakan kawasan hutan belantara dulunya, nan indah dan sejuk. Sekelilingnya adalah Taman Nasional Kerinci Seblat. Memperhatikan legenda sejarah yang berkembang selama ini.
Nama Kerinci berasal dari kata, Kering dan cair. Ini, memang benar adanya. Karena ramalan cuaca kadang tidak cocok, karena curah hujan tidak teratur, hingga tidak bisa memastikan.
Dibahagian lain, kata Kerinci. Ini ada yang memberi prediksi kata, ci-ci, yang artinya, anak Kunci. Dalam sejarah Tiang Bungkuk Panduko Rajo, berasal dari cina. Kunci ini pembuka rahasia Kerinci. Anak kunci ini hilang diwilayah Keliling Danau. Benar tidaknya sejauh ini belum diungkapkan.
Berbicara tentang asal usul uhang Kincai Umar Ali ( 60) Mantan Depati Atur Bumi mengungkapkan, bermula dari lembaran sejarah, Iskandar Zulkarnaen menikah dengan Zailun melahirkan empat orang anak masing-masing, Maharajo Dipang turun ke negeri cina, Maharajo Alip, Maharaja diraja turun kenegeri Sumbar,tepatnya dinegeri perhiangan Padang Panjang. Empat Indar Jati, orang pertama turun ke negeri Sumbar dengan menepati kawasan gunung emas atau Gunung berapi, Pariaman Padang Panjang. Ia menikah dengan Indi Jelatang melahirkan keturunan dua orang diantaranya, Datuk perpatih nan Sebatang dan Indarbaya.
Indar Jati dengan anaknya, Indarbaya, berlayar pula ke luhak Alam Kerinci. Sedangkan perpatih nan Sebatang. Karena asik bermain dengan rekanya, ia tidak ikut serta. Kemudian dipersiapkan alat untuk berangkat. Pertama Payung Sekaki, Tombak, serta tongkat nan sebuah, keris nan satu dibawa pula kambing nan seekor.
Dalam perjalanan menuju luhah alam Kerinci. Ia kesulitan. Karena medan tempuh rute laut lepas. Allah menurunkan petunjuk dengan menerbangkan daun sintuh dengan berlabuh di Gunung Jelatang.
Tahun berlalu musim berganti, ia melahirkan anak tiga orang masing-masing indar bersusu tunggal, Indar bertelawang lidah, Indi Mariam serta Indar bayo.
Kemudian setelah anaknya dewasa. Indar tunggal dinikahkan dengan Puti Samaiyah, penghuni Gunung Jelatang itu melahirkan pula anak tiga orang diantaranya, Puti Dyang indah, Puti Dayang Ramaiyah.
Kemudian Puti Dayang Indah melahirkan anak lima orang. Yaitu, Dari Indah, Daristu,Indi cincin, Mipin, Mas Jamain. Puti Ramaiyah melahirkan anak satu orang Yakni, Sibungo Layu. Puti Dayang Rawani, pernikahan dengan seorang laki-laki, Abdul Rahman, asal Jawa Mataram melahirkan keturunan bertempat di Jambi masing-masing tiga orang, Karban, Kartan, kalipan.
Sementara di Jawa Mataram terdapat tiga orang pula. Yaitu, Nahkudo kubang, Nahkudo Belang, Gajah Mada. Dari Indah melahirkan pula Incik permato, Intan bermato, Lilo Permato. Daristu melahirkan pula keturunan tigo orang, Patimah, Unggu, Mangku Agung.
Sedangkan indi Cincin melahirkan keturunan, Jaburiyah, Jabulino. Mipin melahirkan satu orang, Puti Sepadan. Mas Jamain suaminya, Sutan Maalim hidayah, asal Pagaruyung melahirkan keturunan Sirujan Angin.
Dituturkan, Indar Jati yang gaib. Yang tiada kembali dalam persemadian dialam gaib. Indar bersusu tunggal, gelar Depati batu hampar, setelah melihat kehilir dan kemudik air laut telah surut. Maka dipecahlah pembagian wilayah, untuk menunggu kawasan negeri yang dibagi itu masing-masing.
Incik Permato menungu latih Koto Pandan, Pondok Tinggi. Bajina Latih Koto limo Sering, Sungai Penuh. Ungguk menunggu latih Koto Beringin, Rawang. Mangku Agung menunggu Tebat Tinggi, Sungai Tutung. Sibungo Alam menunggu Talang Banio, Kemantan. Puti Dayang Ramaiyah, menunggu kawasan Kemantan Darat. Dari Pembagian inilah yang disebut Latih yang enam Luhah Alam Kerinci.
Sementara itu disebelah hilir, Sirujan Angin menunggu Tamia, Mewarisi Depati Muaro langkap, Lilo permato menungu Pulau Sangkar, Mewarisi Depati Rencong Telang, Intan Bermato Sanggaran Agung, mewarisi Depati Biang sari.
Kemudian Indar Berusu tunggal diangkat pula Sultan Maalim Hidayah menjadi Depati atur Bumi. Ini disebut Depati Empat Alam Kerinci.
Kemudian didirikan pula Kerinci rendah yaitu Karban, mewarisi Depati Setio Rajo, Bangko. Kartan mewarisi Depati Setio Nyato, Parentak. Sedangkan kalipan,mewarisi Depati Setio Putih Limbur tanah Cugguk. Ini disebut tigo di Baruih.
Sibungo Alam melahirkan keturunan tiga orang,Cik Rah, Cik Kudo, Sijago-jago, Hulu baling rajo Siulak. Datang pula dari Jambi, Bandaro Putih, dengan sebutan pangeran Temengung dengan membawa kain kehormatan diberikan kepada Depati Muaro langkap di Tamia. Depati Rencong Telang di Pulau Sangkar. Depati Biang Sari di Pengasi. Depati Atur Bumi di Hiang.
Oleh Depati Atur Bumi dibagi pula kain kebesaran olehnya dengan Delapan bahagian, Depati Serah Bumi di Seleman . Depati Mudo Penawar, Depati Kepalo Ino, Tanah kampung. Depati Mudo bertelawang lidah di Rawang. Depati Sekungkung Putih di Sekungkung. Depati Kepalo Sembah di Semurup. Depati Setuo di Kemantan. Depati Atur Bumi/ Depati Atur Bayo di Hiang. Ini disebut Delapan Helai di Kerinci.
Ada beberapa pusaka, Bukti dari zaman kerajaan ini, yang dinilai masi memiliki nilai mistik diantaranya, keris sampai kini dinyatakan hilang. Sedang tombak serta gading gajah, yang tersimpan. Konon, bila diritualkan dimusim panas. Bisa mendatangkan karomah berupa Hujan deras.
Semua pusako ini tersimpan dirumah pusako atur Bumi, yang hanya diturun mandikan secara sacral bila ada kenduri pusako, yang dilaksanakan lima tahun sekali.
Dalam beberapa penelitian tentang asal usul uhang kincai, sebagaimana diuraikan dalam buku seminar adat Kerinci tahun 1985-1990, yang ditulis Yatim Abbas menguraikan secara gamblang.
Ia menyebutkan bahwa Nenek Moyang orang Kerinci telah cerdas. Ini mengacu system pembagian waris, yang telah diatur, terutama mengenai hukum waris ini. Ini telah ada beberapa ribu tahun yang silam.
Dengan hadirnya sistem dan cara pembagian waris itu. Ini menunjukan mereka telah menanamkan asaz-asaz pengamanan yaitu secara preventif, untuk mencegah menghindari timbulnya hal-hal yang kurang baik bagi anak cucunya dikemudian hari. Dengan demikian unsur Pancasila telah ada di Kerinci sejak dulu kala.
Dipaparkan, mulanya suku bangsa Kerinci pernah menganut system kekeluargaan yang tertua di dunia, yaitu system keibuaan ( Materilineal. Kemudian menganut sistim kekeluargaan bersegi dua ( Parental) yang lebih berperikemanusiaan, tetapi belum dapat diketahui tuanya suku bangsa ini termasuk type mana suku bangsa Kerinci itu.
Dari Perkakas yang ditinggalkan, benda-benda bersejarah/ Prasejarah itu yang ditingalkan itu, bukan hanya angka tahun dapat diketahui tingkat kecerdasanya. Mengenai type manusia penghuni alam Kerinci sepanjang bukti yang ditemui menunjukan suku bangsa Kerinci bertype Melayu tua ( Proto malayers) atau termasuk induk( ras) tertua.
Hal ini didasarkan pada penelitian sarjana asing yang pernah menyelidiki Kerinci antara lain,Prof. Dr. Jasven Ali.M. A. Ahli sejarah berkebangsaan Australia tahun 1963, dengan contervarnya, Drs. Syofyan Sani, pada Markas besar kapolisian RI Jakarta.
Dr. David. Sundbukht ahli Antropologi berkebangsaan Swedia tahun 1980 dengan countervarnya, Idris Jakpar SH, Lektor Jambi kala itu. Dr. J.P.H Duyhendak ahli Antropologi berkebangsaan Belanda sebelum perang dunia ke dua.
Bukti sejarah.
Bukti sejarah dan prasejarah itu dulunya, di pukau Sumatera ( Pulau Perca) hanya terdapat disekitar Danau Kerinci, benda itu berupa Kapak Ganggam, Flakes Obsidian, disebut Mikrolith, Batu yang indah, Permata.
Bukti serupa ditemukan juga didataran tinggi Asia Tenggara, tempatnya menurut Prof. Kern adalah di Tonkin, dan menurut V.H. Golden berasal dari Yunan, menjelaskan terdapat ada hubungan Kebudayaan Kerinci dengan dataran tinggi Asia Tenggara.
Bukti- bukti ditemukan itu dibenarkan oleh Dr. Bener Bron serjana Kesenian berkebangsaan Amerika dalam penelitianya tahun 1973, bahkan beliau berkata,” Kerinci sudah terkenal didunia. Karena bukti sejarahnya yang tua,”. Kemudian diperkuat pula oleh hasil penelitian Mr. Bill Watson, sarjana kebangsaan inggris dalam penelitian tahun 1975.
Dari bukti ditemukan itu dapat dikemukakan bahwa suku bangsa Kerinci dilihat dari Antroplogi fisik adalah Melayu tua. Sedangkan bukti kebudayaan menurut antroplogi budaya mereka telah melalui zaman Mezolitikum (Zaman batu Menengah) yang dioperkirakan 400 tahun sebelum nabi Isya.
Selain itu, Kerinci telah memiliki tulisan yang dinamakan “ Incong” terdapat pada Gading Gajah Hiang, Tanduk kambing, yang menceritkan asal usul orang Kerinci, mengenai adat istiadat, Batas Wilayah. Selain itu bangsa Melayu Tua lebih senang didataran tinggi, yang pada umumnya adalah rakyat pegunungan.
Pada Zaman Neolitikum ( Zaman batu baru) nenek moyang suku bangsa Kerinci sudah bertempat tinggal tetap, tetapi tidak lagi mengumpulkan makanan ( Food Gathering) tapi sudah menghasilkan makanan ( Food Produkting), artinya sudah bercocok tanam, beternak.
Sementara itu tahun 2003 ditemukan pula di Gunung Raya, Sungai Hangat,tepatnya di SLTP tiga. berupa artefak, fragmentaris, ekofak Dynasti cina terdiri dari gerabah keramik Cina dan obsidian, batu asahan.manik-manik, pisau kecil, batu bulat, ekofak terdiri rahang gajah dan tanduk rusa.
Demikian juga dengan Tamia berupa batu patah sebelah utara dengan ukuran 2,27 meter x 1,5 meter, makam kuno dengan panjang arah barat timur 125 meter.
Temuan ini, kata Alimin, Budaya sejarah dan purbakala pada Dinas Pariwisata Kerinci berdasarkan kesejarahan material diduga 500 tahun sebelum Masehi.
Ini dilihat pula pada periode sejarah data keramik cina dinasti sung, Qin, Ming, yuan. Masa ini berlangsung pada periode tahun 960,1279.
Pengalian dilakukan oleh empat orang peneliti asal Jerman masing-masing Dr. Raff Dominik Bonat, Dr.Doretha Mechild Main Mai leejoa, Dr. Ulrike Susane Summer dibantu rekanya, Betiene logman, Mahasiswa Leiden Universiti, Dra. Dwi Yukiani, M.Hum, Pusat penelitian Arkelogi Jakarta. Agus Widiatmoko,SS. Balai pelestarian penelitian Purbakala jambi dengan konsultan peneliti Poff. Dr.Wolfgang Marshell, pakar Arkeologi Switzerland.( Jon Hendri)
sumber:rahmi_nengtia@yahoo.com
Kerinci merupakan kawasan hutan belantara dulunya, nan indah dan sejuk. Sekelilingnya adalah Taman Nasional Kerinci Seblat. Memperhatikan legenda sejarah yang berkembang selama ini.
Nama Kerinci berasal dari kata, Kering dan cair. Ini, memang benar adanya. Karena ramalan cuaca kadang tidak cocok, karena curah hujan tidak teratur, hingga tidak bisa memastikan.
Dibahagian lain, kata Kerinci. Ini ada yang memberi prediksi kata, ci-ci, yang artinya, anak Kunci. Dalam sejarah Tiang Bungkuk Panduko Rajo, berasal dari cina. Kunci ini pembuka rahasia Kerinci. Anak kunci ini hilang diwilayah Keliling Danau. Benar tidaknya sejauh ini belum diungkapkan.
Berbicara tentang asal usul uhang Kincai Umar Ali ( 60) Mantan Depati Atur Bumi mengungkapkan, bermula dari lembaran sejarah, Iskandar Zulkarnaen menikah dengan Zailun melahirkan empat orang anak masing-masing, Maharajo Dipang turun ke negeri cina, Maharajo Alip, Maharaja diraja turun kenegeri Sumbar,tepatnya dinegeri perhiangan Padang Panjang. Empat Indar Jati, orang pertama turun ke negeri Sumbar dengan menepati kawasan gunung emas atau Gunung berapi, Pariaman Padang Panjang. Ia menikah dengan Indi Jelatang melahirkan keturunan dua orang diantaranya, Datuk perpatih nan Sebatang dan Indarbaya.
Indar Jati dengan anaknya, Indarbaya, berlayar pula ke luhak Alam Kerinci. Sedangkan perpatih nan Sebatang. Karena asik bermain dengan rekanya, ia tidak ikut serta. Kemudian dipersiapkan alat untuk berangkat. Pertama Payung Sekaki, Tombak, serta tongkat nan sebuah, keris nan satu dibawa pula kambing nan seekor.
Dalam perjalanan menuju luhah alam Kerinci. Ia kesulitan. Karena medan tempuh rute laut lepas. Allah menurunkan petunjuk dengan menerbangkan daun sintuh dengan berlabuh di Gunung Jelatang.
Tahun berlalu musim berganti, ia melahirkan anak tiga orang masing-masing indar bersusu tunggal, Indar bertelawang lidah, Indi Mariam serta Indar bayo.
Kemudian setelah anaknya dewasa. Indar tunggal dinikahkan dengan Puti Samaiyah, penghuni Gunung Jelatang itu melahirkan pula anak tiga orang diantaranya, Puti Dyang indah, Puti Dayang Ramaiyah.
Kemudian Puti Dayang Indah melahirkan anak lima orang. Yaitu, Dari Indah, Daristu,Indi cincin, Mipin, Mas Jamain. Puti Ramaiyah melahirkan anak satu orang Yakni, Sibungo Layu. Puti Dayang Rawani, pernikahan dengan seorang laki-laki, Abdul Rahman, asal Jawa Mataram melahirkan keturunan bertempat di Jambi masing-masing tiga orang, Karban, Kartan, kalipan.
Sementara di Jawa Mataram terdapat tiga orang pula. Yaitu, Nahkudo kubang, Nahkudo Belang, Gajah Mada. Dari Indah melahirkan pula Incik permato, Intan bermato, Lilo Permato. Daristu melahirkan pula keturunan tigo orang, Patimah, Unggu, Mangku Agung.
Sedangkan indi Cincin melahirkan keturunan, Jaburiyah, Jabulino. Mipin melahirkan satu orang, Puti Sepadan. Mas Jamain suaminya, Sutan Maalim hidayah, asal Pagaruyung melahirkan keturunan Sirujan Angin.
Dituturkan, Indar Jati yang gaib. Yang tiada kembali dalam persemadian dialam gaib. Indar bersusu tunggal, gelar Depati batu hampar, setelah melihat kehilir dan kemudik air laut telah surut. Maka dipecahlah pembagian wilayah, untuk menunggu kawasan negeri yang dibagi itu masing-masing.
Incik Permato menungu latih Koto Pandan, Pondok Tinggi. Bajina Latih Koto limo Sering, Sungai Penuh. Ungguk menunggu latih Koto Beringin, Rawang. Mangku Agung menunggu Tebat Tinggi, Sungai Tutung. Sibungo Alam menunggu Talang Banio, Kemantan. Puti Dayang Ramaiyah, menunggu kawasan Kemantan Darat. Dari Pembagian inilah yang disebut Latih yang enam Luhah Alam Kerinci.
Sementara itu disebelah hilir, Sirujan Angin menunggu Tamia, Mewarisi Depati Muaro langkap, Lilo permato menungu Pulau Sangkar, Mewarisi Depati Rencong Telang, Intan Bermato Sanggaran Agung, mewarisi Depati Biang sari.
Kemudian Indar Berusu tunggal diangkat pula Sultan Maalim Hidayah menjadi Depati atur Bumi. Ini disebut Depati Empat Alam Kerinci.
Kemudian didirikan pula Kerinci rendah yaitu Karban, mewarisi Depati Setio Rajo, Bangko. Kartan mewarisi Depati Setio Nyato, Parentak. Sedangkan kalipan,mewarisi Depati Setio Putih Limbur tanah Cugguk. Ini disebut tigo di Baruih.
Sibungo Alam melahirkan keturunan tiga orang,Cik Rah, Cik Kudo, Sijago-jago, Hulu baling rajo Siulak. Datang pula dari Jambi, Bandaro Putih, dengan sebutan pangeran Temengung dengan membawa kain kehormatan diberikan kepada Depati Muaro langkap di Tamia. Depati Rencong Telang di Pulau Sangkar. Depati Biang Sari di Pengasi. Depati Atur Bumi di Hiang.
Oleh Depati Atur Bumi dibagi pula kain kebesaran olehnya dengan Delapan bahagian, Depati Serah Bumi di Seleman . Depati Mudo Penawar, Depati Kepalo Ino, Tanah kampung. Depati Mudo bertelawang lidah di Rawang. Depati Sekungkung Putih di Sekungkung. Depati Kepalo Sembah di Semurup. Depati Setuo di Kemantan. Depati Atur Bumi/ Depati Atur Bayo di Hiang. Ini disebut Delapan Helai di Kerinci.
Ada beberapa pusaka, Bukti dari zaman kerajaan ini, yang dinilai masi memiliki nilai mistik diantaranya, keris sampai kini dinyatakan hilang. Sedang tombak serta gading gajah, yang tersimpan. Konon, bila diritualkan dimusim panas. Bisa mendatangkan karomah berupa Hujan deras.
Semua pusako ini tersimpan dirumah pusako atur Bumi, yang hanya diturun mandikan secara sacral bila ada kenduri pusako, yang dilaksanakan lima tahun sekali.
Dalam beberapa penelitian tentang asal usul uhang kincai, sebagaimana diuraikan dalam buku seminar adat Kerinci tahun 1985-1990, yang ditulis Yatim Abbas menguraikan secara gamblang.
Ia menyebutkan bahwa Nenek Moyang orang Kerinci telah cerdas. Ini mengacu system pembagian waris, yang telah diatur, terutama mengenai hukum waris ini. Ini telah ada beberapa ribu tahun yang silam.
Dengan hadirnya sistem dan cara pembagian waris itu. Ini menunjukan mereka telah menanamkan asaz-asaz pengamanan yaitu secara preventif, untuk mencegah menghindari timbulnya hal-hal yang kurang baik bagi anak cucunya dikemudian hari. Dengan demikian unsur Pancasila telah ada di Kerinci sejak dulu kala.
Dipaparkan, mulanya suku bangsa Kerinci pernah menganut system kekeluargaan yang tertua di dunia, yaitu system keibuaan ( Materilineal. Kemudian menganut sistim kekeluargaan bersegi dua ( Parental) yang lebih berperikemanusiaan, tetapi belum dapat diketahui tuanya suku bangsa ini termasuk type mana suku bangsa Kerinci itu.
Dari Perkakas yang ditinggalkan, benda-benda bersejarah/ Prasejarah itu yang ditingalkan itu, bukan hanya angka tahun dapat diketahui tingkat kecerdasanya. Mengenai type manusia penghuni alam Kerinci sepanjang bukti yang ditemui menunjukan suku bangsa Kerinci bertype Melayu tua ( Proto malayers) atau termasuk induk( ras) tertua.
Hal ini didasarkan pada penelitian sarjana asing yang pernah menyelidiki Kerinci antara lain,Prof. Dr. Jasven Ali.M. A. Ahli sejarah berkebangsaan Australia tahun 1963, dengan contervarnya, Drs. Syofyan Sani, pada Markas besar kapolisian RI Jakarta.
Dr. David. Sundbukht ahli Antropologi berkebangsaan Swedia tahun 1980 dengan countervarnya, Idris Jakpar SH, Lektor Jambi kala itu. Dr. J.P.H Duyhendak ahli Antropologi berkebangsaan Belanda sebelum perang dunia ke dua.
Bukti sejarah.
Bukti sejarah dan prasejarah itu dulunya, di pukau Sumatera ( Pulau Perca) hanya terdapat disekitar Danau Kerinci, benda itu berupa Kapak Ganggam, Flakes Obsidian, disebut Mikrolith, Batu yang indah, Permata.
Bukti serupa ditemukan juga didataran tinggi Asia Tenggara, tempatnya menurut Prof. Kern adalah di Tonkin, dan menurut V.H. Golden berasal dari Yunan, menjelaskan terdapat ada hubungan Kebudayaan Kerinci dengan dataran tinggi Asia Tenggara.
Bukti- bukti ditemukan itu dibenarkan oleh Dr. Bener Bron serjana Kesenian berkebangsaan Amerika dalam penelitianya tahun 1973, bahkan beliau berkata,” Kerinci sudah terkenal didunia. Karena bukti sejarahnya yang tua,”. Kemudian diperkuat pula oleh hasil penelitian Mr. Bill Watson, sarjana kebangsaan inggris dalam penelitian tahun 1975.
Dari bukti ditemukan itu dapat dikemukakan bahwa suku bangsa Kerinci dilihat dari Antroplogi fisik adalah Melayu tua. Sedangkan bukti kebudayaan menurut antroplogi budaya mereka telah melalui zaman Mezolitikum (Zaman batu Menengah) yang dioperkirakan 400 tahun sebelum nabi Isya.
Selain itu, Kerinci telah memiliki tulisan yang dinamakan “ Incong” terdapat pada Gading Gajah Hiang, Tanduk kambing, yang menceritkan asal usul orang Kerinci, mengenai adat istiadat, Batas Wilayah. Selain itu bangsa Melayu Tua lebih senang didataran tinggi, yang pada umumnya adalah rakyat pegunungan.
Pada Zaman Neolitikum ( Zaman batu baru) nenek moyang suku bangsa Kerinci sudah bertempat tinggal tetap, tetapi tidak lagi mengumpulkan makanan ( Food Gathering) tapi sudah menghasilkan makanan ( Food Produkting), artinya sudah bercocok tanam, beternak.
Sementara itu tahun 2003 ditemukan pula di Gunung Raya, Sungai Hangat,tepatnya di SLTP tiga. berupa artefak, fragmentaris, ekofak Dynasti cina terdiri dari gerabah keramik Cina dan obsidian, batu asahan.manik-manik, pisau kecil, batu bulat, ekofak terdiri rahang gajah dan tanduk rusa.
Demikian juga dengan Tamia berupa batu patah sebelah utara dengan ukuran 2,27 meter x 1,5 meter, makam kuno dengan panjang arah barat timur 125 meter.
Temuan ini, kata Alimin, Budaya sejarah dan purbakala pada Dinas Pariwisata Kerinci berdasarkan kesejarahan material diduga 500 tahun sebelum Masehi.
Ini dilihat pula pada periode sejarah data keramik cina dinasti sung, Qin, Ming, yuan. Masa ini berlangsung pada periode tahun 960,1279.
Pengalian dilakukan oleh empat orang peneliti asal Jerman masing-masing Dr. Raff Dominik Bonat, Dr.Doretha Mechild Main Mai leejoa, Dr. Ulrike Susane Summer dibantu rekanya, Betiene logman, Mahasiswa Leiden Universiti, Dra. Dwi Yukiani, M.Hum, Pusat penelitian Arkelogi Jakarta. Agus Widiatmoko,SS. Balai pelestarian penelitian Purbakala jambi dengan konsultan peneliti Poff. Dr.Wolfgang Marshell, pakar Arkeologi Switzerland.( Jon Hendri)
sumber:rahmi_nengtia@yahoo.com
No comments:
Post a Comment