Wednesday, October 5, 2011

Perjanjian segitiga: Inderapura,kerinchi dan jambi

Youdhi Prayogo menulis:FB Pecinta Adat Kerinci

Ada yang pernah mendengar tentang perjanjian segitiga antara Inderapura,kerinci dan jambi, mohon sharing informasi...

Peristiwa persumpahan Karang Setia terjadi pada tahun 1560 M, antara tiga orang raja, yaitu menurut Ranji (Tinggi) Indrapura yang tertulis dalam huruf Arab, Bahasa Melayu, yang ditranskripsikan sebagai berikut :

1. Sultan Kerajaan Indrapura, Sultan Gegar Alamsyah Tuanku Nan Berdarah Putih, yang bermakam di Kampung Gobah Palukan Hilir Indrapura, Permaisurinya bernama Raja Perempuan Putri Dyah (Siah) Bintang Purnama.

2. Pangeran Temenggung dari Muara Besumai, Pucuk Jambi Sembilan Lurah.

3. Rajo Mudo Pancardat, Dipati Empat-Delapan Helai Kain, Punggawa Raja, Pegawai Jenang, Suluh Bendang Alam Kurinci.

Perjanjian ini, dilaksanakan dan bertempat di Bukit Sitinjau Laut, memotong kerbau tengah dua, mengacau darah, menanam tanduk dan melapah daging, membuat sumpah Karang Setia di Balairung Sari. Yang kelak menjadi lambang adat bagi pertemuan segi tiga ini. Balai Bergonjong Tiga tersebut terdiri dari:

1. Satu Gonjong dari Indrapura, beratap Ijuk.
2. Satu Gonjong dari Jambi, beratap Daun Sikai.
3. Satu Gonjong dari Kerinci, beratap Kayu Sebagi

Isi perjanjian itu adalah sebagai berikut :

Isi Karang Setia

Gunung yang memuncak tinggi, Lurah yang dalam, dan segala apa yang ada di dalamnya, adalah kepunyaan milik Kerajaan Indrapura. Laut yang berdebur, pesisir yang panjang, adalah kepunyaan Raja Mudo Pancardat Alam Kerinci.
Dan apabila hilang dan tersesat rakit Yang Di pertuan Kerajaan Indrapura ke gunung yang memuncak, hilang bercari terbenam diselami tertimbun digali, begitu juga apabila hanyut dan hilang rakit Rajo Mudo Pancardat Dipati Empat Helai Kain, Pegawai Raja, Pengawal Jenang, Suluh Bendang Alam Kurinci, hanyut dipintasi, terbenam diselami, hilang dicari, dan tertimbun dikekas, terbujur ke dalam laut diselami.
Dan apabila musuh datang dari gunung Rakit Alam Kerinci yang menghadapinya, dan apabila musuh (bajau) datang dari laut, rakit Kerajaan Sultan Indrapura menghadapinya Apabila musuh datang dari dalam, dari tengah, sama di kepung. Yang uang kepeng sekepeng dibagi tiga.
Sepertiga, kembali ke Indrapura menjadi Undang dan Adat.
Sepertiga, jatuh ke Jambi menjadi Teliti.

Sepertiga lagi tinggal di Alam Kerinci menjadi Sako.

Demikianlah Karang Setia ini, turun temurun tidak boleh di mungkiri. Adapun rakit dan Orang Besar Rajo Mudo Pancardat, Dipati Empat-Delapan Helai Kain, Pegawai Rajo, Pegawai Jenang, Suluh Bendang Alam Kurinci, dan Pangeran Tumenggung dari Pucuk Jambi Sembilan Lurah, Muaro Besumai, sampai kepado ahli warisnya, bersumpah setia kepada Daulat Sultan Kerajaan Indrapura sampai kepada ahli warisnya turun temurun.Dan apabila masuk ke Alam Kerinci, tempat tepatan peristrahatannya adalah berkedudukan di Dusun Rawang, Sungai Penuh.

Dalam catatan Ranji, juga dituliskan keterangan, bahwa Tongkat beliau Sultan Gegar Alamsyah Tuanku Nan Berdarah Putih yang ditancapkan di muka rumah Kampung Dalam Indrapura, setelah kembali dari perjalanan melaksanakan perjanjian tersebut dengan takdir Tuhan, hidup menjadi pohon beringin kemudian bernama Kayu Aro.
Menurut Peraturan di Kerinci dan Indrapura, tanah tempat perjanjian Karang Setia ini dibuat dinamakan Tanah Menang, sementara yang mengarang Karang Setia itu adalah Pangeran Kebaruh Di Bukit sehingga diceritakan bahwa yang mengadakan perjanjian adalah berempat, namun kalau di lihat dari keterangan tentang atap gonjong yang dibuat hanya tiga macam, maka jelas perjanjian itu memang perjanjian segi tiga, tidak termasuk Pangeran Kebaruh Di Bukit, kecuali bertindak sebagai pelaksana saja.
Maka diguntinglah rambut Yang Dipertuan Sultan, untuk ditinggalkan di Kerinci, akan ganti batang tubuh Yang Dipertuan dan Keris Malelo Pengarang Setia, yang juga disebut sebagai Keris Malelo Menikam Batu tatkala beliau naik ke daratan di Pulau Langkapuri. Jadilah Keris itu sebagai lantak bagantuang, akan ganti mulut yang Dipertuan Sultan, sementara sarungnya kembali ke Indrapura.
Itulah sebabnya kemudian kenapa keturunan dan pewaris Kerajaan Kesultanan Indrapura yang terakhir Sultan Mohammad Bakhi Gelar Sultan Firmansyah, tetap mempertahankan dan membela keselamatan Tanah Kerinci dari rongrongan penjajah Belanda, yang beliau amanatkan pula kepada menantu beliau Tuanku Marah Rusli Gelar Sultan Mohammadsyah seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Karena mengingat persumpahan Karang Setia ini yang cukup berat. Bisa-bisa dimakan kutuk di makan laknat biso kawi, dikutuk Karang Setia, “padi ditanam lalang tumbuh, hidup segan mati tak muh.” Wallahu ‘alam bissawab.
Walaupun Kerinci pada waktu itu mempunyai pendirian bebas dan berdiri sendiri, yang dapat disimpulkan dari hasil persekutuan yang diadakan di Sitinjau Laut, dimana Indrapura dan Jambi mengakuinya sebagai daerah netral. Namun demikian, dalam kenyataannya memang pengaruh Jambi cukup besar sejak dahulu.
Dalam sejarahnya, di Kerinci ada empat kepala-kepala terkemuka yang merdeka sesamanya, yakni di daerah sepanjang Sungai Merangin. Kepala Daerah itu adalah Raden Serdang Gelar Depati Muara Kangkab Tanjung. Di Pulau Sangkar dan Pengasih juga berkedudukan kepala daerah masing-masing dengan gelar yang sama yakni Depati Biang Sari.
Daerah ini adalah di bagian tenggara Kerinci, yang disebut daerah Tiga Helai Kain. Sementara itu di Tanah Hiang, berkedudukan dan dikuasai seorang pimpinan daerah yang memiliki pengaruh besar dan penting yakni Indra Jati dari Dinasti Mangkudum Sumanik yang menguasai sehiliran Sungai Melas. Seginda Teras adalah kepala daerah dari penduduk pribumi di Pengasih sedangkan Seginda Peniting, anak Raja Keminting berkedudukan di Pulau Sangkar.
Inilah Empat Dipati, yang menguasai dan memimpin Kerinci pada mulanya yang disebut Dipati Empat dimana Indra Jati, Dipati Batu Hampar yang diyakini berasal dari keturunan Dewa-dewa dihormati sebagai Pimpinan Utama.Namun dengan kedatangan Pangeran Temenggung Kebaruh di Bukit, yang bertempat tinggal di Muara Besumai, kemudian malakok kepada Raja Jambi waktu itu.
Oleh Raja Jambi ia ditugaskan untuk mengikat tali hubungan persahabatan dan perdamaian, dengan simbol pengikat Empat Potong Kain Sutra yang mahal, yang kemudian di potong-potong untuk dibagi-bagi pula kepada pemimpin-pemimpin setempat dalam daerah kekuasaan Indra Jati.
Maka terjadi pulalah daerah yang disebut Selapan Helai Kain di bagian Barat Laut Kerinci. Inilah yang kemudian disebut sebagai daerah Tiga Helai Kain dan Delapan Helai Kain yang pada awalnya merupakan wilayah Depati Empat dengan pimpinan Utamanya Indra Jati, untuk mengimbangi kekuasaan dan pengaruh Jambi.
Namun setelah Perjanjian Si Tinjau Laut itu Depati Kepala terpaksa mengakui eksistensi Jambi, dan merubah Dipati Empat, menjadi Depati Empat Pemangku Kelima. Dimana Pangeran Temenggung Kebaruh Di Bukit, diakui sebagai Pemangku Kelima.
Inilah lembaga yang mengurus secara resmi daerah Kerinci masa itu, sebagai wakil mutlak Pagaruyung, Urek Tunggang Alam Minangkabau.Kemudian Dipati Batu Hampar, Indra Jati dari Dinasti Makhudum Sumanik juga mendapat gelar lagi atas nama Raja Jambi sebagai Depati Atur Bumi. Dengan demikian memperkokoh kedudukannya di Tanah Hiyang Kerinci.

Komen: PECINTA ADAT KERINCI
Mamok Tuwo Kito ‎140. Surat bertulisan Melayu pada kertas, (lihat gambar No. 65 dan 66)

Surat akan jadi ingatan Kiai Dipati Raja Muda (Pangeran?). Wakatibuhu Paduka Seri Sultan Muhammad Syah Johan Berdaulat Zille illahi fi’l’alam.

Diperbuat surat ini di Inderapura pada bulan Ramadan 23 sanah 12(4?)6 demikianlah supaya ma’lum segala tuwan2 yang melihat surat ini.

Fasal pada menyatakan patuturan dan pakaunan Yangdipertuan Inderapura dengan Kerinci. Bahwa pada awalnya adalah Yang dipertuan Berdarah Putih tetap/ di atas takhta Kerajaan pada negeri Jayapura ujung tanah Pagaruyung, serambi ‘alam Minangkabau, memerintahkan sekalian daerah Pesisir/ Barat. Pada suatu hari maka datanglah Datuk Permi Diwasa (?) dari Tapan hendak mengadap duli Yang dipertuan. Titah Yang dipertuan: “Hendaklah/ segera sia mari,”. Maka Datuk Permi Diwasa segera datang. Maka ditegur Yang dipertuan: “Apa khabar Datuk Permi Diwasa.” Sembah Permi Diwasa: “Patik/ bertemu dengan seorang manusia muara? utan sebelah Gunung Barisan ini, dia hendak mengadap duli Yang dipertuan. Adalah dia serta/ dengan patik ini, jika jadi……………………..panggil akan dia. Jika tidak patut pekerjaan patik itu, diharapkan Yang dipertuan empunya kelimpahan memberi ampun di atas batu kepala patik yang bebal ini, supaya segera patik nyehkan dia dari sini.”/ Titah Yang dipertuan: ”Panggil akan dia segera mari” Setelah itu maka orang itupun datang. Titah Yang dipertuan: ”Apa namamu dan dari/ mana kamu dantang?” Jawabnya: “Aku datang dari sebelah Gunung Barisan nama Kurinci, nama aku Raja Berkilat, dusanak aku Raja Bakawia.”/ Titah Yangdipertuan: ”Adakah negeri di sebelah Gunung Barisan ini?” Jawab Raja Berkilat:”Ada, Yang dipertuan.” Titah Yang dipertuan: ”Kalau begitu, marilah/ kita membuat sumpah setio supaya negeri kamu itu dengan negeri aku ini menjadi satu.” Jawab Raja Berkilat itu: “Tidak aku berani/ membuat sumpah setio dengan Yang dipertuan, karena aku ini suruhan orang. Adalah pertuanan aku, bergelar Raja Muda, pancarannya daripada tuan/ Perpatih S batang dari Minangkabau. Jika Yang dipertuan hendak bersumpah bersetiu, dengan beliau itulah” Maka Raja Berkilatpuan kembali/ ke Kerinci membawa khabar kepada Raja Muda. Maka berpatutanlah mufakat itu. Maka Raja Berkilatpuan merambah jalan yang semak, mengabung/ batang yang terlintang, merateh onang yang bejarahit dari Kerinci ke Dayapura, di istana Taluk Air Manis. Maka Yang dipertuan naik dari/ Japura, Raja Muda naik dari Kerinci, maka bertemulah di atas Bukit Peninjau Laut. Diperbuatlah balai panjang dua belas, yaitu/ dua belas hasta. Maka dipotonglah kerbau putih tengah dua, yaitu beranak dalam. . Dipertiga Dipertigalah kepeng yang sekepeng, diaru darah kerbau,/ dimaka dagingnya, nyawanya dipersembahkan. Kelu Gunung2 Yang dipertuan, kelu laut2 dupati, sedalam laut setinggi langit, nan tidak/ lapuk di ujan, nan tidak lakang di panas. Siapalah orang yang bersumpah? Raja Muda di Kerinci Tinggi, Dupati Rantau Telang di Kerinci/ Rendah, Siapalah yang mengarang sumpah setio? Ialah Pangeran Kebaru Di bukit, datang dari Jambi. Jadi empatlah orang yang bersumpah:/ Pertama Yangdipertuan Berdarah Putih, kedua Raja Muda, ketiga Dipati Rantau Telang, keempat Pangeran Kebaru Di bukit. Maka jadi/ lah tanah Kerinci tanah menang, yaitu tanah pertemuan raja/ antara Sultan Jambi dengan Sultan Inderapura, Jika mengadapa/ ia ke hilir jadilah beraja ke Jambi. Jika mengadap ia ke barat, ialah ke tanah Inderapura. Akan kepeng sekepeng dipertiga itu:/ sepertiganya ke pesisir balik bukit, sepertiganya ke Kubang Sungai Pagu, sepertiganya tinggal di Kerinci. Maka diguntinglah rambut/ Yang dipertuan Berdarah Putih, tinggal di Kerinci ganti batang tubuh Yang dipertuan. Dan keris malila mengaru karang setio/ yaitu Malila Panikam Batu, tatkala Yang dipertuan naik ke tanah daratan di Pulau Langka Puri, dari Gunung Gemala Rampah jadilah keris/ itu lantak tempat bergantung oleh Yang dipertuan, itupun tinggal di Kerinci akan ganti tulang belakang Yang dipertuan:/ sarungnya kembali ke Jaya-pura. Dan mangkuk tempat mengarang setio tinggal di Kerinci akan ganti mulut Yang dipertuan./ Akan Raja Berkilat itu, diberilah karunia akan dia jadi Pemangku Sukarami Hitam, karena tidak mengubah kata/ Raja Muda pertuanannya. Apalah pekerjaannya? Jalan semak dirambah, batang melintang dikabung. Jadi wa’adlah/ perjanjian itu sekiannya hendaklah dipagangkan dan diingatkan anak cucu kami.. Barang siapa mengubahkan/ dikutuk Allah dikutuk Rasulullah dan Kur'an tiga puluh juz, dikutuk karang setio, dimakan biso/ kawi, anak dikandung jadi batu padi ditanam lalang tumbuh..............
17 jam yang lalu · Suka · 2 orang
Mamok Tuwo Kito ‎/Kisah Yang dipertuan Sultan Permansyah tatkala di atas kerajaan adalah masa itu sudah pindah dari Taluk Air Manis/ kepada istana Muara Betung dan negeri Jayapura telah bertukar namanya Inderapura. Masa itu adalah seorang anak raja/dari Inderapura itu bernama Sultan Galumat. Kemudian dari pada kerajaannya telah dibuang oleh rapat menteri/ sebab tidak tertahan oleh isi negeri daripada sangat gagah dan perkasa Sultan Galumat itu di/ kira2kan orang tidak kurang di dalam empat lima hari seorang manusia mati dibunuhnya. Maka Baginda/ itu sampailah ke Kerinci pada sumah Dupati Raja Muda itu dan dipeliharanyalah seperti patut oleh Raja Muda/ itu. Dalam antara itu maka adalah Sultan Galumat berbuat taksir pula, jadi hamillah perempuan yang memelihara makannya. Kemudian maka dinikahnya, adalah sekira-kira sampar mad, maka lahirlah anak daripada perempan itu laki2 yang tiada berlainan dengan/ rupa bapanya, di belakang Sultan Galumat telah turun ke Palembang. Setelah sampai usia anak Sultan Galumat itu kira2 enam/ tahun, maka iapuan berdirilah menjadi raja Muda pula. Maka tersebut pula ihwal negeri Inderapura itu. Dengan takdir/ Allah ta’ala maka datanglah perang, jadi selisih di antara Yang dipertuan Sultan Permansyah dengan Kempani Walanda. Telah/ sampailah tiga tahuan berperang itu, maka Yang dipertuan Sultan Permansyah undurlah ke Batayan pada kampung yang empat/langgam, serta Yang dipertuan pun teringatlah akan sumpah setia yang diperbuat nenek moyang di atas Bukit Tinjau Laut./ Maka menyuruhlah Yang dipertuan ke Kerinci. Setelah itu maka turunlah Raja Muda itu duduk pada negeri Inderapura sembilan bulan sebelas hari pada tanah Batayan kampung yang/ empat langgam. Dengan takdir Allah ta’ala berhentilah peperangan itu dan amanlah negeri. Maka Yang dipertuan membaharu sumpah setio dengan Raja Muda/ itu pada hari Arba’ di atas Pulau Persumpahan, tatkala maniti di balakang buaya kumbang di kanan dimudiknya pohon telang kuning, dihilirnya/ kubangan batu berduri, didaratnya pasir genting Dusun Pasir di bawah nibung ditaku raja, supaya jadi kenyataanlah negeri Inderapura/ dangan Kerinci jadi satu. Akan Sengada tuha hulu balang itu, dibawalah serata bersumpah setio serata dikurnia memakai gelar Raja Simpang Bumi Berdarah/ Putih, sebab daripada sangat kasih Raja Muda itu, terlebih redlanya Yang dipertuan pun sangat kasih pula akan Sengada itu karena yakinnya/ memeliharakan anak Yang dipertuan Puteri Jilan serta diberilah kurnia sapucuk bedil, sebilah keris, suatu momongan serta kepeng tembaga/ kalung Puteri Jilan itu. Jadi kenyataan dia sangat berani akan jadi pagar parit Raja Muda. Dan tatkala itu bertambahlah gelar Raja Muda itu/ Baginda Raja Muda. Dengan itu dinyatakan asal-asal kedatangannya dari Inderapura turun dari Minangkabau. Yang dipertuan Sultan Permansyah dengan/ Baginda Raja Muda membaharui sumpah setio di atas Pulau Persumpahan pada hari Arba’ dua belas hari bulan Zulhijjah sanah 1022 (?) wallahu a’lam..........

3 comments:

Unknown said...

Saya waris keturunan kerabat di Raja Kerinchi. Berakhir di Malaysia. nama gelaran ayah saya Raja Musa bin Tengku Ahmad...cuma datuk saya buang segala gelaran yg ada bila bhijrah ke Malaysia.

Anonymous said...

Sekarang ada wanita indonesia mengaku sebagai sultan kerinchi cuba lihat website kesultanankerinchi. Wordpress.com. Jikallau anda keturunan yg terakhir.. Siapa wanita ini?

Zarmoni said...

Hm... menarik... masih adakah sambungannya? terutama tentang Raja simpan Bumi Berdarah Putih?